Articles
Kekuatan Tersembunyi Tumbuhan: Mengapa Ilmu Tumbuhan Semakin Penting
Penulis: Fidelia Sihombing | Tanggal Publikasi: 29 September 2025

Tumbuhan hadir di seluruh permukaan bumi. Lebih dari 400.000 spesies telah teridentifikasi, dan para ilmuwan memperkirakan masih terdapat sekitar 100.000 spesies lain yang belum ditemukan. Manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa keberadaan tumbuhan. Namun, karena keterbatasan pengetahuan manusia, peran tumbuhan seringkali direduksi hanya pada dua fungsi utama: penyedia pangan dan oksigen. Pada kenyataannya, tumbuhan merupakan elemen yang tak tergantikan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Mereka menyediakan pangan, sandang, papan, obat-obatan, simbol religius dan kultural, serta berbagai produk industri. Bukti arkeologis menunjukkan bahwa manusia telah membudidayakan dan memanfaatkan tumbuhan selama hampir dua juta tahun. Dengan kata lain, tumbuhan adalah fondasi peradaban manusia.
Tetapi, apa yang sebenarnya fungsi tumbuhan bagi kita? Artikel ini akan membahas tiga kontribusi vital tumbuhan bagi manusia: obat-obatan, ketahanan terhadap perubahan iklim, dan peningkatan gizi.
Tumbuhan sebagai Sumber Obat
Tradisi penggunaan tumbuhan sebagai agen penyembuh telah dikenal sejak ribuan tahun lalu, baik di Indonesia melalui jamu maupun di berbagai peradaban dunia.
Di Yunani Kuno, Aristoteles (384–322 SM) menekankan pentingnya penggunaan tumbuhan dalam pengobatan. Muridnya, Theophrastus (371–287 SM), yang dijuluki “Bapak Botani,” mendirikan salah satu sekolah awal yang berfokus pada kajian tumbuhan obat. Kemudian, Pedanius Dioscorides (40–90 M) menyusun De Materia Medica, sebuah ensiklopedia berisi 600 spesies tumbuhan obat yang menjadi fondasi farmakologi selama berabad-abad.
Sejumlah obat penting dunia berasal dari tumbuhan, antara lain: aspirin (kulit pohon willow), digoksin (digitalis/foxglove), morfin (Papaver somniferum), kina (Cinchona spp.), dan pilokarpin (jaborandi). Hingga kini, banyak obat kanker yang menyelamatkan jiwa, seperti vinkristin (Catharanthus roseus) dan paklitaksel (Taxus brevifolia), juga berasal dari tumbuhan.
Kemampuan pengobatan tumbuhan terletak pada metabolit sekundernya (secondary metabolites), yang sering disebut fitokimia. Senyawa ini mencakup alkaloid, glikosida, flavonoid, polifenol, terpenoid, dan lain-lain. Fitokimia ini bukan sekedar produk sampingan, tetapi memiliki beragam aktivitas farmakologis: antioksidan, antivirus, antibakteri, antiinflamasi, analgesik, antimalaria, antikanker, hingga efek neuroprotektif.
Contoh beberapa fitokimia:
- Berberin (dari Berberis spp.): bersifat antibakteri.
- Kuersetin (dari bawang merah, apel): bersifat antioksidan.
- Kurkumin (dari kunyit): bersifat antiinflamasi dan neuroprotektif.
- Resveratrol (dari anggur, kacang tanah): memiliki potensi antikanker.
- Vinblastin (dari tapak dara): digunakan dalam kemoterapi.
Potensi farmakologis ini menjadikan tumbuhan sebagai sumber utama penemuan obat baru, terutama dalam menghadapi penyakit infeksi, kanker, dan gangguan neurodegeneratif.
Activity |
Class |
Compound |
Plant Source |
Antibacterial |
Alkaloid |
Berberine |
Berberis spp |
Sanguinarine |
Papaveraceae family |
||
Flavonoids |
Kaempferol and quercetin |
Onion and green tea |
|
Antifungal |
Polyphenols |
Epigallocatechin gallate |
Green tea |
Essential oils |
Oregano oil and tea tree oil |
Oregano and tea tree |
|
Antiviral |
Flavonoids |
Quercetin and hesperidin |
Various medicinal plants, including onions and apples |
Polyphenols |
Tannins |
Pomegranate and green tea |
|
Antioxidant |
Flavonoids |
Quercetin |
Various medicinal plants |
Polyphenols |
Resveratrol |
Grapes, berries, and peanuts |
|
Curcumin |
Turmeric |
||
Anti-inflammatory |
Polyphenols |
Gingerol |
Ginger |
Curcumin |
Turmeric |
||
Anti-cancer |
Polyphenols |
Resveratrol |
Grapes, berries, and peanuts |
Epigallocatechin gallate |
Green tea |
||
Alkaloids |
Vincristine and vinblastine |
Madagascar periwinkle |
|
Camptothecin |
Chinese happy tree |
||
Terpenoids |
Paclitaxel |
Pacific yew |
|
Betulinic acid |
Betula spp. |
||
Neuroprotective and neuropharmacologi- cal effects |
Polyphenols |
Curcumin |
Turmeric |
Resveratrol |
Grapes, berries, and peanuts |
||
Bacosides | Waterhyssop |
Tabel 1. Aktivitas Farmakologis Metabolit Sekunder Tumbuhan
Tumbuhan sebagai Penyintas Iklim
Tumbuhan tidak hanya menyediakan, tetapi juga bertahan dalam kondisi ekstrem. Seperti manusia, tumbuhan menghadapi tekanan lingkungan. Stres abiotik—seperti kekeringan, panas, salinitas, dan defisiensi tanah—berinteraksi dengan stres biotik akibat jamur, bakteri, dan serangga. Kombinasi stres ini dapat mengganggu metabolisme, produksi energi, serta stabilitas sel tumbuhan.
Untuk bertahan, tumbuhan menyesuaikan diri melalui aklimasi (perubahan fisiologi dan metabolisme jangka pendek) dan adaptasi (perubahan struktural/genetik jangka panjang).
Dalam konteks perubahan iklim, tantangan menjadi lebih kompleks karena stres ganda sering muncul bersamaan. Misalnya, kekeringan dan panas yang terjadi simultan dapat menurunkan hasil panen secara signifikan. Oleh karena itu, pemahaman tentang respons tumbuhan terhadap kombinasi stres sangat penting dalam mengembangkan varietas tahan iklim (climate-resilient crops).
Strategi ini krusial bagi ketahanan pangan global, terutama di wilayah yang sudah terdampak ekstremitas iklim.

Gambar 1. Respon tanaman terhadap stres abiotik dan biotik
Tumbuhan sebagai Penambah Nutrisi
Selain bertahan hidup, tumbuhan juga menopang kehidupan manusia melalui nutrisi: kalori, protein, vitamin, mineral, dan serat. Namun, krisis pangan global masih berlangsung. Pertumbuhan penduduk dan perubahan iklim memperburuk akses terhadap pangan bergizi.
Dua bentuk kelaparan menonjol:
- Malnutrisi – asupan nutrisi tidak seimbang.
- Kelaparan tersembunyi (hidden hunger) – kalori cukup, tetapi kekurangan mikronutrien esensial.
Salah satu pendekatan inovatif untuk mengatasi masalah ini adalah biofortifikasi. Tidak seperti fortifikasi konvensional (penambahan nutrien pada tahap pengolahan), biofortifikasi meningkatkan kandungan nutrisi tanaman sejak fase pertumbuhan.
Pendekatan biofortifikasi meliputi:
- Agronomis: pemupukan mineral (misalnya pupuk seng untuk meningkatkan kualitas biji).
- Pemuliaan tanaman: menyilangkan varietas alami kaya nutrisi.
- Rekayasa genetika: modifikasi gen agar tanaman menghasilkan nutrien tertentu (contoh: Golden Rice penghasil β-karoten).
Biofortifikasi bukan hanya meningkatkan gizi, tetapi juga mendukung produktivitas dan ketahanan tanaman, sehingga menjadi strategi berkelanjutan dalam melawan kelaparan tersembunyi.

Gambar 2. Biofortifikasi dan kesejahteraan global
Perspektif yang Lebih Luas
Tumbuhan bukan organisme pasif, melainkan mitra aktif bagi manusia. Dari penyembuhan, ketahanan, hingga gizi, tumbuhan membentuk fondasi kehidupan.
Di PEFORDEI Research, kami berkomitmen untuk mengembangkan ilmu tumbuhan melalui tiga pilar utama:
- Obat-obatan – mengeksplorasi senyawa bioaktif tumbuhan untuk terapi masa depan.
- Ketahanan iklim – mempelajari adaptasi tumbuhan terhadap stres lingkungan untuk pertanian berkelanjutan.
- Biofortifikasi – meningkatkan kandungan nutrisi tanaman untuk melawan kelaparan tersembunyi.
Melalui kelas interaktif, lokakarya, dan riset kolaboratif, kami berupaya menghubungkan sains dengan masyarakat.

Gambar 3. Logo PEFORDEI Research
Kesimpulan
Tumbuhan bukan sekadar bagian dari lingkungan—mereka adalah fondasi keberlangsungan hidup manusia. Tumbuhan menyembuhkan, bertahan, dan memberi gizi. Tanpa tumbuhan, peradaban tidak akan ada.
Oleh karena itu, ilmu tumbuhan bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Inilah mengapa PEFORDEI Research berdedikasi untuk mengungkap kekuatan tersembunyi tumbuhan—demi masa depan yang lebih sehat, tangguh, dan berkelanjutan.
Reference
Dar, Refaz Ahmad, Mohd Shahnawaz, Muzaffer Ahmad Ahanger, and Irfan Ul Majid. 2023. “Exploring the Diverse Bioactive Compounds from Medicinal Plants: A Review.” The Journal of Phytopharmacology 12 (3): 189–95. https://doi.org/10.31254/phyto.2023.12307.
Jamshidi-Kia, Fatemeh, Zahra Lorigooini, and Hossein Amini-Khoei. 2018. “Medicinal Plants: Past History and Future Perspective.” Journal of Herbmed Pharmacology 7 (1): 1–7. https://doi.org/10.15171/jhp.2018.01.
Kumar, Arvind, and Arvind Correspondence. 2016. “Medicinal Plants: Future Source of New Drugs.” Preprint, Unpublished. https://doi.org/10.13140/RG.2.1.1395.6085.
Mutke, Jens & Barthlott, Wilhelm. (2005). Patterns of vascular plant diversity at continental to global scale. Biologiske Skrifter. 55. 521-537.
Ofori, Kelvin F., Sophia Antoniello, Marcia M. English, and Alberta N. A. Aryee. 2022. “Improving Nutrition through Biofortification–A Systematic Review.” Frontiers in Nutrition 9 (December): 1043655. https://doi.org/10.3389/fnut.2022.1043655.
Rivero, Rosa M., Ron Mittler, Eduardo Blumwald, and Sara I. Zandalinas. 2022. “Developing Climate‐resilient Crops: Improving Plant Tolerance to Stress Combination.” The Plant Journal 109 (2): 373–89. https://doi.org/10.1111/tpj.15483.
Zandalinas, Sara I., and Ron Mittler. 2022. “Plant Responses to Multifactorial Stress Combination.” New Phytologist 234 (4): 1161–67. https://doi.org/10.1111/nph.18087.
Let’s Advance Plant Science Together
From research collaborations to training and consultation, we’re here to connect knowledge with impact. Join us in exploring the hidden power of plants for health and sustainability..